Jumat, 23 November 2012

Perjalanan Muntilan Dua Tahun Lalu

Perjalanan Muntilan Dua Tahun Lalu




        Bulan November dua tahun yang lalu adalah bulan yang amat berbeda. Di bulan ini terjadi letusan dahsyat dari Gunung Merapi yang terletak di antara DIY dan Jawa Tengah. Letusan merapi yang terjadi tahun 2010 tersebut adalah letusan yang kedua setelah sebelum nya Merapi juga meletus pada akhir bulan oktober 2010. Letusa kedua ini lebih besar kekuatan dan dampaknya bagi daerah sekitar Gunung Merapi. Menimbulakan kerusakan material dan banyak korban jiwa, lebih dari 120 jiwa melayang karena letusan merapi yang diringi gugaran awan panas yang dinamai wedhus gembel . Selain korban jiwa dan material, aktivitas di sekitar Merapi terutama Yogyakarta, Magelang, Klaten, Boyolali, dan beberapa daerah di sekitar yang terdampak langsung akibat letusan tersebut. 

        Letusan Merapi tahun 2010 ini adalah bencana yang berbeda.  Wartawan, relawan dan masyarakat terfokus pada Merapi yang ketika itu sudah menunjukan aktivitas vulkanik yang meningkat selama beberapa minggu. Pemberitaan media pasca letusan juga amat gencar, muli dari evakuasi,  pengungsian sampai dengan penyaluran bantuaan ke pengungsi.  Sebagian besar fokus media dan relawan pada saat itu adalah Kabupaten Sleman, kabupaten yang terletak di selatan Merapi ini memeang memilki jumlah korban jiwa yang cukup banyak, selain itu kerusakan cukup parah juga terjadi di Sleman akibat dari awn panas hasil letusan Merapi.  

        Pada waktu itu, hati saya dan teman saya tergerak untuk memberikan sedikit bantuan bagi korban bencana tersebut.  Niat menolong para pengungsi merapi ini juga didorong rasa ingin tahu untuk untuk melihat daerah bencana secara langsung. Pengumpulan donasi kami lakukan di dekat rumah kami saja, dengan datang dari rumah ke rumah, kami kumpulkan sedikit demi sedikit uang dari warga dan mengumpulkanya jadi satu. Pengumpulaj dana ini diakuakn oleh dua orang remaja yang duduk di kelas 3 SMA dan kelas 1 SMK.  Ya, dengan sedikit rasa amlu dan takut kami datangi rumah-rumah warga dan memberitahu maksyd dan tujuan kami , untunglah sebagia besar rumah yang kami datangi memberika respon positif. 

               Setelah hampir satu minggu aksi pengumpulan dana, akhirnya terkumpul uang sebanyak kira-kira enam ratus ribu rupiah. Uang tersebut lalu dibelikan kebutuhan pokok seperti gula, mie instan dan peralatan mandi. Kami juga telah memutuskan tempat tujuan bantuan akan diberikan, kami memilih sebuah kampung di Kota Muntilan, di kampung tersebut terdapat saudara dari Ketua RT kami. Menurut Pak RT saat itu warga di kampung tersebut belum menerima bantuan dari pemerintah karena akses yang sulit akibat hujan debu vulkanik di daerah Muntilan.

           Kami berangkat untuk menyalurkan bantuan pada minggu 14 November 2010, dengan rombongan delapan orang terdiri dari enam orang remaja dan dua orang dewasa. Perjalanan kami cukup lancar walau kami harus memutar di daerah Yogyakarta karena jalur alternatif yang kami pilih tidak dapat dilalui. Ketika kami mencapai daerah Salam yang merupakan perbatasan Jawa Tengah dan Yogykarta, kondisi perjalanan berubah drastis. Jalanan di penuhi debu vulkanik yang tebal, terlihat rumah-rumah yang tertutup debu, pohon-pohon kelapa yang daun-daun nya layu karena tak kuat menopang berat abu vulkanik.

                                               Pohon-pohon kelapa yang layu karena tak kuat menahan debu vulkanik. 

Debu vulkanik tebal menyelimuti jalanan 

                                                     Suasana jalanan menuju Muntilan yang penuh debu Merapi

Semakin mendekati Kota Muntilan, kondisi semakin buruk, bahkan Kota Muntilan saat itu bagai kota mati. Tak banyak warga yang beraktivitas di luar wilayah tempat tinggal mereka, sebagian besar masih fokus menata kembali hidup mereka setalah   layanan listrik dan air bersih mulai hidup pasca-bencana.  Jalanan menuju kota pun masih dibersihkan, perlu diketahui bahwa bahwa ketika kami melintasi jalan menuju Muntilan, jalan tersebut baru dibuka tiga hari setelah sebelumnya tak dapat dilalui.

Warga membersihkan lingkungannya dari sisa debu vulkanik. 


Akhirnya kami sampai di kampung tujuan kami. Kampung tersebut terletak di barat kota Muntilan. Kaami bertemu dengan  saudara ketua RT kami dan disambut oleh keluarga mereka.  Setelah bercerita tentang maksud kami dan meminta tolong untuk dipertemukan dengan pemimpin pos pengungsian di kampung tersebut, kami salurkan bantuan kami yang tak seberapa. Bantuan diterima oleh pemimpin pos pengungsian, bantuan kami hanya berupa satu dus besar dan satu dus kecil, tak seberapa tapi itulah sedikit dari kami.   


                

                                        Salah satu relawan yang membagikan masker di  tepi jalan menuju Muntilan. 

Pepohonan tertutup abu vulkanik

Bantuaan kecil kami 

Suasana Kota Muntilan 

Santai sejenak setelah perjalanan 

Pemukiman yang tetutup debu vulkanik, bisadilihat juga lahar dingin yang mengalir di sungai 

Pembawa pasukan dan logistik 




Sedikit dari kami. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate