Perjalanan Muntilan Dua Tahun Lalu
Bulan November dua tahun yang lalu adalah bulan yang amat
berbeda. Di bulan ini terjadi letusan dahsyat dari Gunung Merapi yang terletak
di antara DIY dan Jawa Tengah. Letusan merapi yang terjadi tahun 2010 tersebut
adalah letusan yang kedua setelah sebelum nya Merapi juga meletus pada akhir
bulan oktober 2010. Letusa kedua ini lebih besar kekuatan dan dampaknya bagi
daerah sekitar Gunung Merapi. Menimbulakan kerusakan material dan banyak korban
jiwa, lebih dari 120 jiwa melayang karena letusan merapi yang diringi gugaran
awan panas yang dinamai wedhus gembel . Selain korban jiwa dan material,
aktivitas di sekitar Merapi terutama Yogyakarta, Magelang, Klaten, Boyolali,
dan beberapa daerah di sekitar yang terdampak langsung akibat letusan tersebut.
Letusan Merapi tahun 2010 ini adalah bencana yang
berbeda. Wartawan, relawan dan
masyarakat terfokus pada Merapi yang ketika itu sudah menunjukan aktivitas
vulkanik yang meningkat selama beberapa minggu. Pemberitaan media pasca letusan
juga amat gencar, muli dari evakuasi,
pengungsian sampai dengan penyaluran bantuaan ke pengungsi. Sebagian besar fokus media dan relawan pada
saat itu adalah Kabupaten Sleman, kabupaten yang terletak di selatan Merapi ini
memeang memilki jumlah korban jiwa yang cukup banyak, selain itu kerusakan
cukup parah juga terjadi di Sleman akibat dari awn panas hasil letusan Merapi.
Pada waktu itu, hati saya dan teman saya tergerak
untuk memberikan sedikit bantuan bagi korban bencana tersebut. Niat menolong para pengungsi merapi ini juga
didorong rasa ingin tahu untuk untuk melihat daerah bencana secara langsung. Pengumpulan
donasi kami lakukan di dekat rumah kami saja, dengan datang dari rumah ke
rumah, kami kumpulkan sedikit demi sedikit uang dari warga dan mengumpulkanya
jadi satu. Pengumpulaj dana ini diakuakn oleh dua orang remaja yang duduk di
kelas 3 SMA dan kelas 1 SMK. Ya, dengan
sedikit rasa amlu dan takut kami datangi rumah-rumah warga dan memberitahu
maksyd dan tujuan kami , untunglah sebagia besar rumah yang kami datangi
memberika respon positif.
Setelah
hampir satu minggu aksi pengumpulan dana, akhirnya terkumpul uang sebanyak kira-kira
enam ratus ribu rupiah. Uang tersebut lalu dibelikan kebutuhan pokok seperti
gula, mie instan dan peralatan mandi. Kami juga telah memutuskan tempat tujuan
bantuan akan diberikan, kami memilih sebuah kampung di Kota Muntilan, di
kampung tersebut terdapat saudara dari Ketua RT kami. Menurut Pak RT saat itu
warga di kampung tersebut belum menerima bantuan dari pemerintah karena akses
yang sulit akibat hujan debu vulkanik di daerah Muntilan.
Kami
berangkat untuk menyalurkan bantuan pada minggu 14 November 2010, dengan
rombongan delapan orang terdiri dari enam orang remaja dan dua orang dewasa.
Perjalanan kami cukup lancar walau kami harus memutar di daerah Yogyakarta
karena jalur alternatif yang kami pilih tidak dapat dilalui. Ketika kami
mencapai daerah Salam yang merupakan perbatasan Jawa Tengah dan Yogykarta,
kondisi perjalanan berubah drastis. Jalanan di penuhi debu vulkanik yang tebal,
terlihat rumah-rumah yang tertutup debu, pohon-pohon kelapa yang daun-daun nya
layu karena tak kuat menopang berat abu vulkanik.
Pohon-pohon kelapa yang layu karena tak kuat menahan debu vulkanik.
Debu vulkanik tebal menyelimuti jalanan
Suasana jalanan menuju Muntilan yang penuh debu Merapi
Semakin mendekati Kota
Muntilan, kondisi semakin buruk, bahkan Kota Muntilan saat itu bagai kota mati.
Tak banyak warga yang beraktivitas di luar wilayah tempat tinggal mereka,
sebagian besar masih fokus menata kembali hidup mereka setalah layanan listrik dan air bersih mulai hidup
pasca-bencana. Jalanan menuju kota pun masih
dibersihkan, perlu diketahui bahwa bahwa ketika kami melintasi jalan menuju
Muntilan, jalan tersebut baru dibuka tiga hari setelah sebelumnya tak dapat
dilalui.
Warga membersihkan lingkungannya dari sisa debu vulkanik.
Akhirnya kami sampai di
kampung tujuan kami. Kampung tersebut terletak di barat kota Muntilan. Kaami
bertemu dengan saudara ketua RT kami dan
disambut oleh keluarga mereka. Setelah
bercerita tentang maksud kami dan meminta tolong untuk dipertemukan dengan
pemimpin pos pengungsian di kampung tersebut, kami salurkan bantuan kami yang
tak seberapa. Bantuan diterima oleh pemimpin pos pengungsian, bantuan kami
hanya berupa satu dus besar dan satu dus kecil, tak seberapa tapi itulah
sedikit dari kami.
Salah satu relawan yang membagikan masker di tepi jalan menuju Muntilan.
Pepohonan tertutup abu vulkanik
Bantuaan kecil kami
Suasana Kota Muntilan
Santai sejenak setelah perjalanan
Pemukiman yang tetutup debu vulkanik, bisadilihat juga lahar dingin yang mengalir di sungai
Pembawa pasukan dan logistik
Sedikit dari kami.