Rabu, 15 Agustus 2012

Pesta Perayaan 

                                         


Di Bulan Agustus ini sepertinya  pikiran ku merasa sesuatu yang berbeda. Ya Berbeda, bukan hanya karena ini adalah bulan ramadhan dimana mayoritas penduduk negeri ini sedang  melakukan ibadah puasa, bukan itu. Bukan juga karena bulan ini panasnya perebutan kekuasaan jadi pemimpin ibukota mulai merobek ketenangan jiwa beberapa orang di daerah ku. Bukan itu, walau aku juga sedikit tersentil karena kotor nya persaingan itu membuka peluang orang untuk mencaci maki kota tempat ku dibesarkan ini.  Ah, Lupakan saja itu kan cara-cara licik politisi, mereka mencari celah di setiap tembok, bahkan melubanginya, buat apa aku ikut pusing? Ah lebih baik ku nikmati liburanku yang tinggal beberapa minggu lagi ini.

Malam pun makin sudah menjelang, kumatikan televisi dan laptop ku. Bergegas ku kekuar rumah, bersiap duduk menikmati dinginya malam. Angin malam pun membelaiku, dinginya menyuruh tubuhku segera masuk ke rumah, menghasut ku untuk menjadi malas melihat bulan. Ku hidupkan radio kecilku, kucari frekuensi favoritku, hmm nikmat musik mengalun memecah sunyinya malam ini.  Radio ku mulai menyebarkan kabarnya, menyebarkan kata-kata dan salam bagi orang terdekat. Aku? Aku tidak berkirim salam, entah aku hanya duduk memandangi langit yang makin menghitam.

Radio ku mulai bertanya, ya dia mengajukan sebuah pertanyaan. Sebutkan Tiga Kata untuk 17an ? ya tiga kata untuk tujuh belasan . Aku tak terkejut dengan pertanyaan itu, itu memang pertanyaan wajar menjelang pesta perayaan kemerdekaan. Namun aku tersadar, inilah yang berbeda, ini yang membuat agustus ini terasa hambar.  Bukankah Agustus itu biasanya ramai ? bukankah Agustus itu anak-anak bersaing dalam lombaseru dan heboh untuk  menyambut hari kemerdekaan? bukankah dua hari setelah hari ini biasanya aku harus ikut upacara bendera ? ya semuanya seperti hambar tidak ada pesta, tidak ada lomba, tidak ada upacara lagi untuk ku.

Seandainya saja aku mau bergerak lagi. Ya, mau bergerak untuk merengek dibuatkan pesta, karena ini bukan ulang tahun ku tetapi ini ulang tahun negeri ku.  Seandainya aku mau meluangkan waktu untuk kembali mempelopori aksi anak-anak untuk berlomba dalam keceriaan. Seandainya aku mau repot untuk pergi mondar mandir merapatkan barisan seumur untuk mengatur semuanya.  Seandainya aku sengotot dua tahun yang lalu, ketika berapi-api untuk membuat acara kecil0kecilan pengingat hari kemerdekaan bangsa. Ya, hanya seandainya

Hey, mungkin ini bukan salahmu, jangan kau salahkan dirimu. Mungkin Orang-orang sudah merasa malas dengan tradisi perayaan itu ? mungkin mereka sedang bersiap pulang ke kampung halaman ? mungkin mereka juga sedang bersiap untuk hari raya yang lebih besar, bukankah lebih bai kita berhemat bukan ? Sudah, jangan terlalu dipikirkan, ini kan hanya hal kecil ? besok setelah hari raya kita akan ikut berpesta bersama, anggap saja dua pesta itu digabung, efisien kan ?

Radio ku, masih menyanyikan sebuah lagu, sebelumnya ia juga bercerita. Ia bercerita tentang masa kecilnya dahulu. Ketika anak-anak menantikan bulan ini,mereka berlomba,tertawa, saling ejek,saling kejar,dan hal-hal konyol yang indah lainya. Ketika mereka tidak mementingkan hadiah, hanya ingin bersenang-senang, meski jadi juara tentunya membanggakan.

Ternyata radio ku seumuran dengan ku, ia mengalami masa yang sama denganku. Ia rindu akan suasana itu, ia ingin kembali merasakan masa itu. Sama seperti ku, mungkin aku sudah tak terlibat dan terlihat tetapi aku masih ada. Ya, aku masih punya harapan melihat anak-anak menikmati semua kenanganku, walau bukan diriku, itu sudah cukup. Cukup pun aku membekas disini sebelum aku memudar, seiring dimatikanya radio, seiring beranjak tidunya seorang remaja, aku pun juga sebentar lagi menghilang. Aku hanya sekelebat pikiran seorang bocah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate